Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMK Widya Praja Ungaran
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/I
Materi Pokok : Teks Cerita Pendek
Tema :
Menemukan Solusi Atas Masalah Kewirausahaan
Alokasi Waktu : 4x 45 menit (2 kali pertemuan)
A. Kompetensi
Inti
1. Menghargai
dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai
dan mengahayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan keberadaannya.
3. Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dalam ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi
Dasar
1.3
Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa indonesia sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis.
2.2
Memiliki perilaku percaya diri dan tanggung jawab dalam membuat
tanggapan pribadi atas karya budaya masyarakat Indonesia yang penuh makna.
3.1
Memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, berita, iklan,
editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun tulisan.
4.1
Menginterpretasi makna teks cerita pendek, berita, iklan,
editorial/opini, dan novel baik secara lisan maupun tulisan
C.
Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.1.1
Menjelaskan struktur teks
cerita pendek
3.1.2
Menjelaskan kaidah
kebahasaan teks cerita pendek
4.1.1
Menemukan isi teks
cerita pendek
4.1.2
Menyimpulkan isi teks
cerita pendek
D. Materi
Pembelajaran
Pertemuan 1 :
1. Struktur
isi teks cerita pendek
2. Kaidah
kebahasaan teks cerita pendek
Pertemuan 2
:
1. Isi
teks cerita pendek
2. Langkah-langkah
menginterpretasi teks cerita pendek
E. Kegiatan
Pembelajaran
Ø
Pertemuan Pertama (2 X
45 menit)
Pendekatan : Scientific
Model : Konten CLIL
Teknik : ceramah, tanya jawab, diskusi
No
|
Kegiatan
|
Langkah-Langkah
|
Alokasi
waktu
|
Teknik
|
1.
|
Pendahuluan
|
Membangun Konteks
1) Siswa
menyimak apersepsi yang disampaiakan oleh guru mengenai teks cerita pendek
2) Siswa
menyimak tujuan mempelajari teks cerita pendek
3) Siswa
menyimak manfaat mempelajari teks
cerita pendek
4) Siswa
menyimak motivasi yang disampaikan oleh guru
|
10
menit
|
Ceramah,
tanya jawab
|
2
|
Inti
|
Menelaah Model
1)
Siswa-siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri atas 4 anak secara heterogen
2) Konten
(CLIL)
3)
Siswa memperhatikan dan menyimak
petunjuk pengerjaan tugas yang disampaikan oleh guru
4)
Masing-masing kelompok
berdiskusi menganalisis struktur teks
cerita pendek halaman 9 dan kaidah kebahasaan dari teks cerita pendek halaman
18-22.
Mengonstruksi
terbimbing
Mengamati
1) Siswa
mencari data dari berbagai sumber untuk menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan teks cerita pendek (mengumpulkan informasi)
Menalar
1) Siswa
berdiskusi untuk menstruktur dan
kaidah kebahasaan teks cerita pendek (mengasosiasi)
Menanya
1) Siswa
dalam berdiskusi boleh bertanya kepada guru apabila menemukan kesulitan.
Mengomunikasikan/Komunikasi
(CLIL)
1) Setiap
kelompok diberi kesempatan 5 menit untuk membacakan hasil kerja kelompok (mengomunikasikan)
Mengonstruksi
Individu
1) Siswa
membaca contoh teks cerita
pendek yang diberikan oleh guru.
2) Siswa
mencatat hal-hal penting yang terdapat pada teks..
|
15 menit
10 menit
10 menit
10menit
10 menit
15menit
|
Penugasan, tanya
jawab, diskusi
Diskusi
Penugasan
Diskusi, tanya jawab
Penugasan,Tanya
jawab
Penugasan
|
3
|
Penutup
|
1) Siswa
dan guru bersama-sama membuat simpulan tentang struktur dan kaidah kebahasaan
teks cerita pendek.
2) Siswa
dan guru bersama-sama membuat refleksi terkait pebelajaran yang telah
dilakukan.
Kognisi dan kultur
3) Siswa
dan guru melakukan evaluasi
4) Siswa
menerima tindak lanjut dari guru
|
10
menit
|
Ceramah, tanya jawab, diskusi
|
Ø Pertemuan
2 ( 2 X 45 menit)
Pendekatan : Scientific
Model : Problem Based Learning
Teknik : Ceramah, diskusi, tanya jawab,
penugasan
No
|
Langkah
|
Kegiatan
|
Alokasi
waktu
|
Teknik
|
1
|
Pendahuluan
|
1) Siswa
menyimak apersepsi yang disampaiakan oleh guru mengenai teks cerita pendek
2) Siswa
menyimak tujuan mempelajari teks cerita pendek
3) Siswa
menyimak manfaat mempelajari teks
cerita pendek
4) Siswa
menyimak motivasi yang disampaikan oleh guru
|
10
menit
|
Ceramah,
tanya jawab
|
2
|
Inti
|
Orientasi Siswa pada
Masalah
1) Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok
2) Siswa
membaca teks cerita pendek berjudul Sejarah Hari Buruh
3) Siswa
menyimak penjelasan guru singkat terkait menginterpretasi teks cerita pendek
Mengorganisasikan
Siswa untuk Belajar
1) Siswa
menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait menginterpretasi teks cerpen
Membimbing
Penyelidikan Individual atau Kelompok
1)
Siswa berdiskusi
untuk menemukan informasi terkait kelengkapan isi teks cerita pendek berjudul
Sejarah Hari Buruh
Mengembangkan dan
Menyajikan Hasil Karya
1)
Siswa secara mendiri
menuliskan hasil interpretasi teks cerita pendek berjudul Sejarah Hari Buruh
Menganalisis Data dan
Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
1) Perwakilan
dari siswa maju untuk memaparkan hasil
diskusinya
2) Siswa
yang lain menanggapi dengan jujur dan tanggung jawab
|
10 menit
10 menit
10 menit
30
menit
10 menit
|
Penugasan
, ceramah
Tanya
jawab
Diskusi
Penugasan
Diskusi
|
3
|
Penutup
|
1) Siswa
dan guru bersama-sama membuat simpulan mengenai menginterpretasi teks cerita
pendek.
2) Siswa
dan guru bersama-sama membuat refleksi terkait pembelajaran yang telah
dilakukan
3) Siswa
dan guru melakukan evaluasi
4) Siswa
menerima tindak lanjut dari guru
|
10
menit
|
Ceramah,
diskusi, tanya jawab
|
F. Penilaian
1.
Teknik
Penilaian: Observasi, Tes Tertulis, dan Produk.
2.
Instrumen
Penilaian
a.
Pertemuan 1
1)
Lembar
Observasi
2)
Soal Uraian
b.
Pertemuan 2
1)
Lembar
Observasi
2)
Produk
3.
Remidial
dan Pengayaan
a.
Remidial:
Pemberian bimbingan khusus mengenai kegiatan mengidentifikasi informasi isi
serta menyimpulkan isi teks laporan hasil observasi.
b.
Pengayaan:
Secara mandiri siswa mencari teks laporan hasil observasi di buku pengetahuan
populer lalu mengidentifikasi informasi isi serta menyimpulkan isi teks yang
didapatkan.
Media/Alat,
Bahan, dan Sumber Belajar
1.
Media : Power point “Struktur dan
Kaidah Kebahasaan Teks cerita pendek” dan “Langkah Menginterpretasi Teks cerita pendek”
2. Alat
dan bahan : Laptop, LCD, Proyektor
3. Sumber
Belajar :
Kemdikbud,
2015. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan
Akademik. Kelas XI. Jakarta: Kemdikbud.
Kemdikbud,
2015. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan
Akademik: Buku guru. Jakarta: Kemdikbud.
Yustinah.
2013. Produktif Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ungaran,
Mengetahui,
Kepala SMK Widya Praja Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia
.................................................... ...............................................................
( Drs. Eko Sutanto) ( Dwi
Putra W.S.A.P)
Lampiran 1. Materi
1.
Struktur Teks cerita pendek
§ Bagian abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada
sebuah teks cerita pendek bersifat opsional. Artinya sebuah teks cerpen bisa
saja tidak melalui tahapan ini.
§ Tahapan orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar
cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam
cerpen. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan
pembaca. Dengan kata lain, latar merupakan sarana pengekspresian watak, baik
secara fisik maupun psikis.
§ Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pada tahapan struktur ini, kalian
akan mendapati karakter atau watak pelaku cerita yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu dan hal itu diekspresikan
dalam ucapan dan tindakan tokoh. Dalam komplikasi itulah berbagai kerumitan
bermunculan
§ Klimaks ini merupakan keadaan yang mempertemukan berbagai konflik
dan menentukan bagaimana konflik tersebut diselesaikan dalam sebuah cerita. Untuk
mencapai sebuah selesaian atau leraian, diperlukan evaluasi. Pada tahapan
evaluasi ini, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahannya sehingga mulai
tampak penyelesaiannya.
§ Setelah itu, kalian akan mengenal struktur berikutnya, yaitu
resolusi. Padaresolusi, pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai
konflik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda. Ada juga yang
menyebut koda dengan istilah reorientasi.
§ Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh
pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat
opsional.
2.
Kaidah Bahasa Teks cerita
pendek
§ Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda
atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya
bahasa ini dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa
merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis
untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Terdapat sekitar 60
gaya bahasa. Namun, Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu gaya
bahasa perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori,
antitesis, dan sebagainya), gaya bahasa pertentangan (hiperbola, litotes,
ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks, dan sebagainya), gaya bahasa
pertautan (metonimis, sinekdoke, alusi, eufemisme, elipsis, dan sebagainya),
dan gaya bahasa perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora,
simploke, dan sebagainya). Agar kalian lebih mengetahui gaya bahasa ini secara
mendalam, sebaiknya kalian mencari referensi lain mengenai gaya bahasa dari
berbagai sumber. Baca dan pelajarilah.
§ Kosakata sulit
3.
Langkah Menginterpretasi Teks
cerita pendek
2. Memcatat
kata-kata sulit atau istilah-istilah yang membutuhkan penafsiran khusus.
3. Mencari
penjelasan menganai kata-kata/istilah-istilah tersebut di dalam kamus atau
referensi lain
4. Memberi
makna dan menghubung-hubungkan dengan kalimat-kalimat sebelum dan sesudahnya.
5. Menafsirkan
secara menyeluruh maknateks dalam cerita tersebut.
6. Mencari
maksud dan inti cerita secara keseluruhan.
7. Mengambil
nilai didik yang hendak disampaikan penulis kepada pembacanya.
8. Enghubungkan
nilai didik dalam cerita dengan perilaku sehari-hari.
LAMPIRAN 2. Instrumen
Penilaian
1.
Teknik dan Bentuk Instrumen
Teknik
|
Bentuk
|
Pengamatan
Sikap
|
Lembar Pengamatan Sikap dan
Rubrik
|
Tes
Unjuk Kerja
|
Tes Uji Petik Kerja dan Rubrik
|
2. Instrumen Penilaian
Pengamatan Sikap
a. Lembar Pengamatan Sikap
No
|
Nama Siswa
|
Religius
|
Jujur
|
Disiplin
|
Peduli
|
Santun
|
||||||||||||||||
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
|||
1.
|
||||||||||||||||||||||
2.
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
||||||||||||||||||||||
….
|
||||||||||||||||||||||
b. Rubrik penilaian sikap
Rubrik
|
Skor
|
Sama sekali tidak menunjukkan usaha
sungguh-sungguh dalam melakukan
kegiatan
|
BT
|
Menunjukkan sudah ada
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum konsisten
|
MT
|
Menunjukkan ada
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan yang cukup sering
dan mulai konsisten
|
MB
|
Menunjukkan adanya
usaha sungguh-sungguh dalam
melakukan kegiatan secara terus-menerus dan konsisten
|
MK
|
Nilai Sikap = (Jml skor diperoleh :
16) x 100
a.
Tes uji petik kerja
Interpretasi teks (Kelompok)
1.
Baca dan diskusikan
teks laporan hasil observasi yang telah kalian terima dari guru!
2.
Carilah kalimat utama
pada setiap paragraf teks laporan hasil observasi!
3.
Tentukan gagasan pokok
yang ada pada setiap paragraf!
4.
Rangkumlah kumpulan
kalimat utama pada semua semua paragraf teks editorial/opini!
5.
Komunikasikan hasil
kerja kelompok kalian kepada kelompok lainnya!
Rubrik
Unjuk Kerja :
No.
|
Aspek dan Deskripsi
|
Skor Maksimal
|
1.
|
Menyimpulkan
teks
Skor
5 bila simpulan teks tepat
Skor
3 bila simpulan teks kurang tepat
Skor
1 bila simpulan teks tidak tepat
|
5
|
2.
|
Penggunaan
bahasa dalam menyimpulkan
Skor
5 bila bahasa yang digunakan tepat dan baik.
Skor
3 bila bahasa yang digunakan kurang tepat dan kurang baik.
Skor
1 bila bahasa yang digunakan tidak tepat dan tidak baik.
|
5
|
3.
|
Penggunaan
bahasa dalam mengomunikasikan hasil
Skor
5 bila bahasa yang digunakan tepat dan baik.
Skor
3 bila bahasa yang digunakan kurang tepat dan kurang baik.
Skor
1 bila bahasa yang digunakan tidak tepat dan tidak baik.
|
5
|
4.
|
Keaktifan
kelompok
Skor
5 bila kelompok aktif dalam berdiskusi maupun ketika mengomunikasikan.
Skor
3 bila kelompok kurang aktif dalam berdiskusi maupun ketika mengomunikasikan.
Skor
1 bila kelompok tidak aktif dalam berdiskusi maupun ketika mengomunikasikan.
|
5
|
Jumlah
|
20
|
Nilai
Keterampilan = (Jumlah skor diperoleh : 20) x 100
b.
Tes Uji petik kerja
1.
Baca dan diskusikan teks laporan hasil observasi yang telah kalian terima dari
guru!
2.
Carilah kalimat utama pada setiap paragraf teks laporan hasil observasi!
3.
Tentukan gagasan pokok yang ada pada setiap paragraf!
4.
Rangkumlah kumpulan kalimat utama pada semua semua paragraf teks
editorial/opini!
Rubrik Unjuk Kerja :
No.
|
Aspek dan Deskripsi
|
Skor Maksimal
|
1.
|
Menyimpulkan
teks
Skor
5 bila simpulan teks tepat
Skor
3 bila simpulan teks kurang tepat
Skor
1 bila simpulan teks tidak tepat
|
5
|
2.
|
Penggunaan
bahasa dalam menyimpulkan
Skor
5 bila bahasa yang digunakan tepat dan baik.
Skor
3 bila bahasa yang digunakan kurang tepat dan kurang baik.
Skor
1 bila bahasa yang digunakan tidak tepat dan tidak baik.
|
5
|
Jumlah
|
10
|
Nilai Keterampilan =
(Jumlah skor diperoleh : 10) x 100
1.
Pengetahuan
Tes
Uraian
Petunjuk
a.
Bacalah
secara cermat teks cerita pendek berjudul Juru Masak!
b.
Setelah
itu, jawablah pertanyaan berikut dengan berdiskusi!
1.
Identifikasilah
struktur teks cerita pendek tesebut!
2.
Temukanlah
kosakata sulit dan carilah maknanya di kamus atau referensi lain!
Juru Masak
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai kambing
akan terasa
hambar lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging. Kuah
gulai
kentang dan gulai rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah
kelapa
parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya,
berseraklah
fitnah dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah. Bukan karena
kenduri
kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya
pasangan
pengantin tak sedap dipandang mata, tetapi karena macam-macam
hidangan
yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah,
tetapi helat
tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu
tidak
dilibatkan.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji
yang
digelar dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan berlangsung
selama
tiga hari, tidak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga
mempelai
pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula
sudah
berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri
berlangsung
akan dipercayakan kepada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang
ini. Namun, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga
mempelai
pria tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai kentang, gulai
rebung, dan aneka
hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin
keluarga
calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa
dengan
masakan Makaji.
“Kalau besok gulai nangka masih sehambar ini, kenduri tak usah
dilanjutkan!”
ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”
“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya
bikin malu.”
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa
hambar,
sehambar gulai kambing dan gulai rebung karena bumbu-bumbu tak
diracik
oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tidak pernah
keberatan
membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli
apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya
membludak
atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya.
Makaji
tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih
tersisa di Lareh
Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya
tetap
gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.
***
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di
kampung
ini, bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan pada yang lebih
muda?”
saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam
bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti.”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah
lagi meracik
bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah
jadi juru
masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta? Saya tak
ingin lagi
berjauhan dengan Ayah.”
Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orang tua
memang
selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung
direguknya,
meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti
matang
ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu.
Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua?
Dan
kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial
akan segera
memboyongnya ke rantau. Makaji tetap akan mempunyai kesibukan di
Jakarta,
ia akan jadi juru masak di rumah makan milik anaknya sendiri.
“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”
“Kenduri siapa?” tanya Azrial.
“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur
Ayah
sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan.”
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis
Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab
hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni,
anak
perempuan tunggal beleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun?
Di
Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah
kampung ini
miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang
selalu
beres di tangannya. Mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang, atau
tambak
ikan sebagai agunan. Dengan senang hati Mangkudun akan memegang
gadaian
itu.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat
dari akademi perawat di kota. Tidak banyak orang Lareh Panjang yang
bisa
bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat
pujaan Azrial
itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial
bukan
siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja
honorer
sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang
perbedaan
mereka.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu
anak juru
masak!” bentak Mangkudun. Dan tak lama berselang, kabar ini
berdengung
juga di telinga Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggung jawab. Renggo yakin kami
berjodoh.”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial.
Akan
saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu.
Paham kau?”
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti
sawah
tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tetapi tidak patut
rasanya
Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati
Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi
membawa
luka hati.
Awalnya ia hanya tukang cuci piring di rumah makan milik seorang
perantau
dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta.
Sedikit demi
sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada
induk
semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun,
Azrial kini
sudah jadi juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak
buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan.
Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak
gadis
Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh
Panjang paling
sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta.
Lagi pula,
sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak
ada yang
merawat. Adik-adiknya sudah terbang hambur pula ke negeri orang.
Meski hidup Azrial sudah berada, tetapi ia masih saja membujang.
Banyak yang
ingin mengambilnya jadi menantu, tetapi tak seorang perempuan pun
yang
mampu meluluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan
Renggogeni,
atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
***
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam
ditembakkan
ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya
pusaka
peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang
menggelar
kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak
sembarang
dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak
guna
menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian
memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh
Panjang itu.
Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tetapi perwira
muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan
tentara,
orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak
membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi
kepolisian
hingga resmi jadi perwira muda. Terdengar kabar bahwa perjodohan
itu
terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang
dilakukan
Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.
Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan
mencarikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh
lebih
bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan
Yusnaldi,
perwira muda polisi yang bila tidak “macam-macam” tentu kariernya
lekas
menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun.
Tetapi,
pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan
tujuh
ekor kambing itu tidak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh
Panjang
hanya datang di hari pertama, sekadar menyaksikan benda-benda
pusaka adat
yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka
berbalik
meninggalkan helat. Bahkan ada yang belum sempat mencicipi
hidangan,
sudah tergesa pulang.
“Gulai kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.
“Kuah gulai rebungnya encer seperti kuah sayur toge. Kembang perut
kami
dibuatnya.”
“Masakannya tak mengenyangkan, tak mengundang selera.”
“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”
Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai
pria
diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu
dengan
menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer, dan daging
yang
tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta
perkawinan di
Lareh Panjang mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu rasa masakan
hasil
olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?
“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?”
begitu
mereka bertanya-tanya.
“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu.”
“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini.”
***
Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji
datang
dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak
itu sudah
berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan
menghabiskan hari
tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang akan kehilangan
juru masak
handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji
sampai juga
ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan
betapa terpiuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih
pujaannya
telah dipersunting lelaki lain.
(Sumber: Damhuri Muhammad, 2009, Juru Masak: Sehimpun Cerita
Pendek, Depok:
Koekoesan)
2.
Keterampilan
Soal
Keterampilan
Petunjuk
a. Bacalah
teks cerita pendek “Juru Masak”!
b. Intepretasikanlah
makna teks cerita pendek tersebut!
No comments:
Post a Comment