Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
nama
sekolah : SMK …..
kelas/
semester : XI/
Genap
mata
pelajaran : Bahasa
Indonesia
tema : Sosial
Budaya
subtema : Fenomena
Pengangguran Terpelajar
materi
pokok : Teks Eksplanasi
Kompleks
pertemuan
ke :
31-34
alokasi
waktu : 8 jam
pelajaran
A. Kompetensi Inti
1.
Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3.
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
4.
Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.3
Mensyukuri anugerah Tuhan
akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi
dalam mengolah, menalar, dan menyajikan
informasi lisan dan tulis melalui teks cerita pendek, pantun, cerita
ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama
2.2 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli,
dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyampaikan
permasalahan sosial, lingkungan, ideologis, dan kebijakan publik
3.2 Membandingkan
teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu film/drama baik
melalui lisan maupun tulisan
Indikator: 3.2.1 Menguraikan struktur dua teks eksplanasi
kompleks dibandingkan dengan
bertanggung jawab, responsif, jujur, disiplin
3.2.2 Menguraikan kaidah dua teks eksplanasi
kompleks yang akan dibandingkan
dengan bertanggung
jawab, responsif, jujur, disiplin
3.2.3 Membandingkan dua
teks eksplanasi kompleks melalui lisan dan tulis dengan jujur,
Bertanggung jawab, responsif, disiplin, dan
santun
4.2 Memproduksi teks cerita pendek, pantun,
cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan ulasan/reviu film/drama yang koheren sesuai
dengan karakteristik yang akan dibuat
baik secara lisan mupun tulisan
Indikator: 4.2.1 Menentukan topik teks eksplanasi
kompleks secara proaktif dan peduli, bertanggung
jawab
4.2.2 Membuat kerangka
teks eksplanasi kompleks secara proaktif, bertanggung jawab
4.2.3 Mengembangkan
kerangka karangan menjadi teks eksplanasi kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan mupun
tulisan secara proaktif dan peduli
C. Tujuan
3.2 Setelah
melihat gambar fotografi, membaca dua teks eksplanasi, mengajukan pertanyaan
mengenai struktur dan kaidah dua teks eksplanasi yang dibaca, membaca sumber
belajar, menjelaskan kaidah dan struktur dua teks eksplanasi kompleks, mengorganisasikan secara
runtut dan menguraikan struktur dan kaidah teks eksplanasi kompleks yang dibaca
secara tertulis dan individu, membandingkan struktur dan kaidah dua teks
eksplanasi kompleks yang telah dibaca, menyampaikan hasil dari membandingkan
struktur dan kaidah dua teks eksplanasi kompleks yang dibandingkan secara lisan
di depan kelas, melakukan telaah melalui diskusi hasil perbandingan yang
disampaikan di depan kelas, siswa mampu membandingkan teks eksplanasi kompleks,
baik melalui
lisan maupun tulisan.
4.2 Setelah membaca contoh-contoh teks
eksplanasi kompleks yang diberikan oleh guru, mengajukan pertanyaan tentang
tema dan topik teks eksplanasi kompleks yang dibaca, mengajukan pertanyaan
mengenai cara merumuskan topik teks eksplanasi kompleks, membaca referensi
terkait dengan cara merumuskan topik teks eksplanasi kompleks, menyampaikan
topik kelompok hasil diskusi, melakukan telaah melalui diskusi topik yang
disampaikan di depan kelas, membaca topik teks eksplanasi kompleks beserta
alasan memilih topik yang telah dirumuskan pada pertemuan sebelumnya,
mengumpulkan informasi terkait topik yang mereka pilih, mengorganisasikan
informasi yang berkaitan dengan topik yang mereka peroleh sesuai dengan
struktur teks eksplanasi kompleks, membuat kerangka karangan teks eksplanasi kompleks,
membentuk kelompok diskusi yang terdiri atas dua orang, saling memberikan
telaah terhadap teks eksplanasi kompleks yang dibuat, siswa mampu memproduksi
teks eksplanasi kompleks yang
koheren sesuai dengan karakteristik yang
akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan
D. Materi Pembelajaran
3.2.1
Struktur teks eksplanasi
3.2.2 Kaidah penulisan
teks eksplanasi kompleks
3.2.3 Kaidah
bahasa teks eksplanasi kompleks
3.2.4
Langkah-langkah membandingkan teks eksplanasi
4.2.1 Langkah
penulisan teks eksplanasi
4.2.2 kohesi
dan koherensi paragraf
E. Metode Pembelajaran
3.2.1
Pendekatan Saintifik
3.2.2 Model
Think Pair Share
3.2.3 Metode
diskusi
3.2.4 Metode
ceramah
3.2.5 Metode
Penugasan
4.2.1
Pendekatan Saintifik
4.2.3 Model
investigasi kelompok
4.2.4 Metode
ceramah
4.2.5 Metode
diskusi
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
a) Gambar
Fotografi
2. Alat
a) Laptop
b) Proyektor
LCD
3. Sumber
Belajar
a)
Keterampilan Dasar Menulis, Suparno dan Yunus, 2008.
b) Bahan Ajar
Guru (Membandingkan dan Memproduksi Teks Eksplanasi Kompleks)
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
ke-31 (KD 3.2)
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Metode
|
1.
|
Pendahuluan
a)
Siswa
dan guru mengulas materi yang dipelajari sebelumnya (cerita pendek). Guru
mengaitkan relevansi cerita pendek dengan materi yang akan dipelajari (
membandingkan teks eksplanasi kompleks)
b)
Guru
memberikan ilustrasi materi yang akan dipelajari (membandingkan teks
eksplanasi kompleks)
c)
Guru
memaparkan tujuan dan manfaat yang akan diperoleh melalui membandingkan teks
eksplanasi kompleks
d)
Siswa
membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas dua orang
|
10 Menit
|
Ceramah
|
2.
|
Inti
a)
Mengamati
1)
Siswa
melihat media fotografi yang telah disiapkan guru yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari
2)
Siswa
membaca dua teks eksplanasi yang dibagikan oleh guru
b)
Menanya
1)
Siswa
mengajukan pertanyaan tentang struktur dan kaidah dua teks eksplanasi
kompleks yang telah dibaca
c)
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
1)
Siswa
membaca sumber belajar untuk mengetahui langkah-langkah membandingkan teks
eksplanasi kompleks
2)
Siswa
menjelaskan struktur dan kaidah dua teks eksplanasi kompleks yang dibaca
d)
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
1)
Siswa
mengorganisasikan secara runtut dan menguraikan struktur dan kaidah teks
eksplanasi kompleks yang dibaca secara tertulis secara individu
2)
Siswa
membandingkan struktur dan kaidah dua teks eksplanasi kompleks yang telah
dibaca
e)
Mengomunikasikan
1)
Siswa
menyampaikan hasil dari membandingkan struktur dan kaidah dua teks eksplanasi
kompleks yang dibandingkan secara lisan di depan kelas
2)
Siswa
melakukan telaah melalui diskusi hasil perbandingan yang disampaikan di depan
kelas
|
10 Menit
5 Menit
10 Menit
15 Menit
35 Menit
|
Diskusi
Ceramah
Penugasan
Think Pair
Share
|
3.
|
Penutup
1)
Guru
dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
2)
Guru
dan siswa melakukan refleksi berkaitan dengan sikap tanggung jawab dan jujur
dalam membandingkan teks eksplanasi kompleks
|
5 Menit
|
Ceramah
Diskusi
|
Pertemuan
ke-32 (KD 3.2)
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Metode
|
1.
|
Pendahuluan
a)
Siswa
dan guru mengulas materi yang dipelajari sebelumnya (membandingkan teks eksplanasi kompleks)
b)
Guru
memberikan ilustrasi materi yang akan dipelajari (memproduksi teks eksplanasi
kompleks) untuk pertemuan kali ini, siswa akan belajar menentukan topik teks
eksplanasi kompleks
c)
Guru
memaparkan tujuan dan manfaat yang akan diperoleh melalui memproduksi teks
eksplanasi kompleks
d)
Siswa
membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas empat orang
|
15 Menit
|
Ceramah
|
2.
|
Inti
a)
Mengamati
1)
Siswa
membaca contoh-contoh teks eksplanasi kompleks yang diberikan oleh guru
b)
Menanya
1)
Siswa
mengajukan pertanyaan tentang tema dan topik teks eksplanasi kompleks yang
dibaca
2)
Siswa
mengajukan pertanyaan mengenai cara merumuskan topik teks eksplanasi kompleks
c)
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
1)
Siswa
membaca referensi terkait dengan cara merumuskan topik teks eksplanasi
kompleks
d)
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
1)
Siswa-siswa
dalam satu kelompok merumuskan topik teks eksplanasi kompleks
e) Mengomunikasikan
1)
Siswa
menyampaikan topik kelompok hasil diskusi
2)
Siswa
melakukan telaah melalui diskusi topik yang disampaikan di depan kelas
|
10 Menit
10 Menit
15 Menit
10 Menit
15 Menit
|
Diskusi
Ceramah
Penugasan
|
3.
|
Penutup
a)
Guru
dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
b)
Guru
dan siswa melakukan refleksi berkaitan dengan sikap proaktif dan peduli dalam
membandingkan teks eksplanasi kompleks
|
15 Menit
|
Ceramah
Diskusi
|
Pertemuan
ke-33 (KD 4.2)
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Metode
|
1.
|
Pendahuluan
a)
Siswa
dan guru mengulas materi yang dipelajari sebelumnya (memproduksi teks eksplanasi kompleks secara
berkelompok)
b)
Guru
memberikan ilustrasi materi yang akan dipelajari (memproduksi teks eksplanasi
kompleks)
c)
Guru
memaparkan tujuan dan manfaat yang akan diperoleh melalui memproduksi teks
eksplanasi kompleks
|
15 Menit
|
Ceramah
|
2.
|
Inti
a)
Siswa
dihadapkan pada situasi yang bermasalah
1)
Siswa
membaca topik teks eksplanasi kompleks beserta alasan memilih topik yang
telah dirumuskan pada pertemuan sebelumnya
b)
Siswa
melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis
1)
Siswa
mengumpulkan informasi terkait topik yang mereka pilih
c)
Siswa
merumuskan tugas-tugas belajar
1)
Siswa
mengorganisasikan informasi yang berkaitan dengan topik yang mereka peroleh
sesuai dengan struktur teks eksplanasi kompleks
2)
Siswa
membuat kerangka karangan teks eksplanasi kompleks
d)
Siswa
melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok
1)
Individual:
siswa merumuskan topik lain untuk tugas individu
2)
Kelompok:
siswa mengembangkan kerangka karangan teks eksplanasi kompleks
e)
Siswa
menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan
1)
Siswa
menelaah kerangka karangan yang telah dibuat
f)
Siswa
melakukan recycle
1)
Siswa
mengembangkan kerangka karangan menjadi teks eksplanasi kompleks berdasarkan
kaidah dan struktur teks eksplanasi kompleks
|
5Menit
5 Menit
15 Menit
10 Menit
10 Menit
15 Menit
|
Diskusi
Ceramah
Penugasan
Pembelajaran
berbasis masalah
|
3.
|
Penutup
a)
Guru
dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
b)
Guru
dan siswa melakukan refleksi berkaitan dengan sikap proaktif dan peduli dalam
memproduksi teks eksplanasi kompleks
|
10 Menit
|
Ceramah
Diskusi
|
Pertemuan
ke-34 (KD 4.2)
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Alokasi
Waktu
|
Metode
|
1.
|
Pendahuluan
a)
Siswa
dan guru mengulas materi yang dipelajari sebelumnya (memproduksi teks eksplanasi kompleks secara
berkelompok)
b)
Guru
memberikan ilustrasi materi yang akan dipelajari (memproduksi teks eksplanasi
kompleks) untuk pertemuan kali ini, siswa akan belajar memproduksi teks
eksplanasi kompleks secara individu
c)
Guru
memaparkan tujuan dan manfaat yang akan diperoleh melalui memproduksi teks
eksplanasi kompleks secara individu
|
10 Menit
|
Ceramah
|
2.
|
Inti
a)
Mengamati
1)
Siswa
membaca kembali topik teks eksplanasi kompleks yang dibuat pada pertemuan
sebelumnya
b)
Menanya
1)
Siswa
bertanya mengenai informasi-informasi yang berkaitan dengan topik yang
dipilih
c)
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
1)
Siswa mengumpulkan informasi berkaitan
dengan topik yang dipilih
d)
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
1)
Siswa
mengolah informasi yang diperoleh menjadi kerangka karangan
2)
Siswa
mengembangka kerangka karangan menjadi teks eksplanasi kompleks
e)
Mengomunikasikan
1)
Siswa
membentuk kelompok diskusi yang terdiri atas dua orang
2)
Siswa
saling memberikan telaah terhadap teks eksplanasi kompleks yang dibuat
|
5 Menit
5 Menit
10 Menit
30 Menit
15 Menit
|
Diskusi
Ceramah
Penugasan
|
3.
|
Penutup
c)
Guru
dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
d)
Guru
dan siswa melakukan refleksi berkaitan dengan sikap proaktif dan peduli dalam
memproduksi teks eksplanasi kompleks
|
15 Menit
|
Ceramah
Diskusi
|
H. Penilaian
1.
Jenis/ Teknik Penilaian
Jenis
|
Teknik
|
Pengamatan sikap
|
Lembar pengamatan sikap dan rubrik
|
Pengetahuan
|
Tes uraian
|
Keterampilan
|
Tes uji petik produk
|
2.
Bentuk Instrumen
Pengamatan
Sikap
No.
|
Nama Siswa
|
Tanggung Jawab
|
Peduli
|
Proaktif
|
Bersyukur
|
||||||||||||
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
BT
|
MT
|
MB
|
MK
|
||
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Deskriptor
|
Skor
|
Sama sekali tidak
menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan
|
1
|
Menunjukkan sudah
ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan tetapi masih sedikit belum
ajeg/konsisten
|
2
|
Menunjukkan ada
usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan yang cukup sering dan mulai
ajeg/konsisten
|
3
|
Menunjukkan adanya
usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan secara terus-menerus dan
ajeg/konsisten
|
4
|
NO
|
INDIKATOR
|
PENILAIAN
|
||
TEKNIK
|
BENTUK
|
NOMOR
INSTRUMEN
|
||
1.
|
3.2.1
Menguraikan struktur teks eksplanasi kompleks
|
Tes
|
Uraian
tertulis
|
1
|
2.
|
3.2.2
Menguraikan kaidah teks eksplanasi kompleks
|
Tes
|
Uraian
tertulis
|
2
|
3.
|
3.2.3
Membandingkan dua teks eksplanasi kompleks melalui lisan dan tulis
|
1)
Tes
2)
Unjuk Kerja
|
1) Uraian
tertulis
2) Praktik
lisan
|
3,
4
|
4.
|
4.2.1
Menentukan topik teks eksplanasi kompleks
|
Unjuk
Kerja
|
Tes
praktik
|
5
|
5.
|
4.2.2
Membuat kerangka teks eksplanasi kompleks
|
Unjuk
kerja
|
Tes
praktik
|
6
|
6.
|
4.2.3
Mengembangkan kerangka karangan menjadi teks eksplanasi kompleks yang koheren sesuai dengan
karakteristik yang akan dibuat baik
secara lisan mupun tulisan
|
Unjuk
kerja
|
1) Uji
petik produk
2) Praktik
lisan
|
7,
8
|
Perumusan
Soal-Soal Ulangan Harian
Bacalah
dua teks eksplanasi kompleks berikut ini !
Teks
1
PENGANGGURAN TERDIDIK
Pengangguran adalah penyakit
yang menyertai perkembangan perekonomian suatu bangsa. Bangsa manapun di dunia
pasti tidak bisa terlepas dari masalah klasik ekonomi ini. Indonesia juga setali
tiga uang. Dalam beberapa decade terakhir,persoalan pengangguran menjadi
masalah serius tersendiri bagi bangsa ini. Jeratan krisis ekonomi yang
berkepanjangan serta rendahnya mutu pendidikan dan sumber daya manusianya
menjadi factor pemicu semakin tingginya jumlah pengangguran di Indonesia. Tidak
itu saja,kualitas pendidikan dan out put yang dihasilkan juga berperan positif
dalam menciptakan penganguran terdididik, disamping persoalan sempitnya akses
pendidikan tinggi dan lapangan pekerjaan tentunya.
Baru-baru ini, Badan Perburuhan
Internasional (ILO) merilis jumlah pengangguran usia muda di seluruh dunia.
Dalam laporan berjudul ”Tren Lapangan Kerja untuk Kaum Muda 2009”, pengangguran
kaum muda tercatat 13% atau 81 juta jiwa. Sekitar 620 juta penduduk usia 15-24
tahun terlibat dalam kegiatan ekonomi secara aktif. Angka ini terbesar
sepanjang catatan ILO. Ada peningkatan lebih dari 7,8 juta dibandingkan dengan
2007, dari 73,2 juta (11,9%) menjadi 81 juta (13%). Diperkirakan akan meningkat
menjadi 13,1% pada 2010, namun menurun pada 2011 menjadi 12,7%. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa
di Indonesia, angka pengangguran pada 2010 sekitar 7,6% atau 9,26 juta jiwa,
30-40 % adalah pengangguran kaum muda, 10% di antaranya sarjana. Semakin tinggi
pendidikan, semakin tinggi pengangguran begitu kira-kira gambaran untuk
fenomena social diatas. Fenomena pengangguran sering menyebabkan timbulnya
masalah sosial lainnya. Di samping tentu saja akan menciptakan angka
produktivitas sosial yang rendah, dimana pada gilirannya akan menurunkan
tingkat pendapatan masyarakat.
Fenomena ini menjadi kenyataan
pahit yang dihadapai oleh bangsa Indonesia. Dan dunia pendidikan sebagai salah
satu agen pemasok tenaga kerja mungkin tidak luput dari limpahan kesalahan atas
kenyataan pahit ini. Pertama,Dunia pendidikan adalah harapan besar dimana
sebagian besar rakyat menaruhkan padanya kepercayaan atas masa depan
anak-anaknya. Sebagian besar masyarakat masih percaya bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang,maka semakin besar pula peluangnya untuk dapat
bekerja secara layak.Memang harapan ini wajar, namun kenyataan dilapangan
kondisi ini tidak berkorelasi positif dengan kesempatan kerja.Ternyata
tingginya jenjang pendidikan yang diperoleh belum menjadi jaminan akan
kemudahan mendapat pekerjaan setelahnya. Kedua,.
Ketidakcocokkan/keselarasan antara perencanaan pembangunan pendidikan dengan
perkembangan lapangan kerja merupakan penyebab utama terjadinya jenis
pengangguran ini. Sulit dibayangkan SDM berkualitas akan tercapai bila tidak
disertai oleh meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) pendidikan. Dan akan
sangat muskil APK meningkat, bila tidak disertai oleh apresiasi masyarakat yang
tinggi terhadap pendidikan
Lantas adakah yang salah dengan pendidikan? Namun kita harus jujur, kebijakan perluasan dan pemerataan pendidikan formal punya andil dalam permasalahan ini. Ide dasarnya kebijakan ini untuk memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan taraf hidup, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong terciptanya sikap positif.
Lantas adakah yang salah dengan pendidikan? Namun kita harus jujur, kebijakan perluasan dan pemerataan pendidikan formal punya andil dalam permasalahan ini. Ide dasarnya kebijakan ini untuk memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan taraf hidup, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong terciptanya sikap positif.
Selama ini kita terjebak pada
pemahaman bahwa ijasah (bukan ketrampilan yang didapat) adalah tujuan dari
pendidikan itu sendiri. Mc Donalisasi pendidikan yang marak akhir-akhri ini
semakin meneguhkan kondisi ini. Semua orang berlomba-lomba mendapatkan ijasah
S1 hanya untuk memudahkan jalan mencari pekerjaan. Booming sarjana kemudian
melanda negeri ini.
Fenomena melimpahnya sarjana
yang menganggur sebenarnya menjadi modal besar bagi bangsa untuk maju jika
dibarengi dengan kualitas yang tinggi. Sayang sekali, melimpahnya sumber daya
yang berpendidikan tinggi ini tidak dibekali dengan kesiapan mental dan
pengetahuan untuk menjadi bagian penting dalam menggerakkan roda ekonomi bangsa
Sudah bukan rahasia lagi bahwa
lulusan sekolah dan atau perguruan tinggi memiliki mentalitas pegawai
(PNS,swasta). Dalam benak sebagian besar mereka, pegawai lebih nyaman dan minim
resiko. Mentalitas inilah yang mendorong lulusan lembaga pendidikan lebih
banyak menumpuk di sector pekerja bukan penyedia kerja. Jiwa intrepeneurshipnya
sangat rendah untuk tidak mengatakan tidak memiliki. Jarang sekali ditemui
lulusan perguruan tinggi menciptakan lapangan kerja bagi sesama.
Karenanya reorientasi program
dan kebijakan dipandang perlu untuk meminimalisir dampak pengangguran terdidik
dimasa mendatang. Pertama,Perluasan akses pendidikan tinggi juga harus
dibarengi dengan peningkatan mutu lulusan baik soft skillnya maupun hard
skillnya.Kedua, Karena dunia pendidikan adalah bagian social maka sudah
selayaknya jika orientasi pendidikan juga harus selaras dengan tuntutan
lingkungannya.Ketiga, untuk jurusan yang sudah jenuh daya serapnya dilapangan sudah seharusnya mendapat
perhatian sekaligus pemecahan masalah sehingga tidak ditemui lagi pengangguran
yang menunmpuk di salah satu program. Memperluas program keahlian juga bias
menjadi alternative lainnya.
Teks
2
FENOMENA
PENGANGGURAN TERPELAJAR
Sungguh
memprihatin-kan, jumlah pengangguran terdidik setiap tahun semakin meningkat.
Terutama dari kaum terpelajar. Ini bisa kita amati bersama ketika bekal ijazah
makin tidak laku di pasar tenaga kerja. Gelar akamedik seakan tak mampu lagi
menopang nasib pemiliknya. Begitu juga para sarjanawan penganggur, semakin
merebak ke kota-kota dan pedesaan-pedesaan.
Menurut data BPS, jumlah pengangguran di Indonesia hingga 2011 mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 persen dari total angkatan kerja. Secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun, di mana TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 persen turun dari TPT Februari 2011 sebesar 6,80 persen dan TPT Agustus 2010 sebesar 7,14 persen.
Menurut data BPS, jumlah pengangguran di Indonesia hingga 2011 mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 persen dari total angkatan kerja. Secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun, di mana TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 persen turun dari TPT Februari 2011 sebesar 6,80 persen dan TPT Agustus 2010 sebesar 7,14 persen.
Jika dibandingkan keadaan Februari 2011, TPT pada hampir semua tingkat pendidikan cenderung turun, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan SD ke bawah naik 0,19%, SMP naik 0,54%, dan SMK naik 0,43%. Pada Agustus 2011, TPT untuk SMA dan SMK masih tetap menempati posisi tertinggi, masing-masing 10,66% dan 10,43%.
Yang paling
sering terkena getahnya adalah lembaga pendidikan. Ia dianggap tidak bisa
mencetak lulusan yang siap pakai. Kualitas para lulusan tidak cocok dengan
kebutuhan dunia kerja. Mereka tidak memenuhi standar persyaratan yang
ditetapkan bagi rekruitmen tenaga kerja. Padahal, dunia kerja begitu cepat
berkembang. Persyaratan tenaga kerja selalu naik dari waktu ke waktu. Namun,
lembaga pendidikan tidak bisa memantau kenaikan-kenaikan itu. Akibatnya,
munculnya mis-match yang lebar antara lembaga pendidikan dan dunia kerja.
Yaitu, ketidaksesuaian antara output lembaga pendidikan dengan input yang
dituntut oleh dunia kerja.
Ketidaksesuaian
itu, misalnya, terlihat manakala sekelompok lulusan sekolah atau mahasiswa baru
saja lulus dari sebuah lembaga pendidikan. Mereka bingung mencari pekerjaan.
Beberapa iklan lowongan kerja yang dimuat koran sama sekali tidak menyentuh
kualifikasi yang mereka miliki. Kemudian, arus pun kemudian berbalik. Mereka
kembali mencari ilmu tambahan. Walaupun tidak seluruhnya, tetapi amat banyak di
antara mereka kemudian mengikuti kursus-kursus pendidikan praktis. Sebutlah,
kursus komputer, bahasa Inggris, manajemen, entrepeneurship, jurnalistik,
akuntansi dan lian-lain. Alasannya, kursus-kursus semacam itu dianggap lebih
laku, lebih marketable daripada kualifikasi sarjana yang disandangnya.
Lembaga pendidikan memang bukan pabrik. Dan, tujuan seseorang kuliah atau mencari ilmu secara keseluruhan adalah untuk mempertinggi produktivitas dirinya. Apa pun itu disiplin ilmu yang ditekuni, baik sains dan teknologi, ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu humaniora. Tetapi, bila mengibaratkannya dengan pabrik, maka lembaga pendidikan harus menjadi the pabric of a new meaning (pabrik yang selalu memproduksi nilai-nilai baru). (Giroux, 2000; Price, 2001)
Lembaga pendidikan memang bukan pabrik. Dan, tujuan seseorang kuliah atau mencari ilmu secara keseluruhan adalah untuk mempertinggi produktivitas dirinya. Apa pun itu disiplin ilmu yang ditekuni, baik sains dan teknologi, ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu humaniora. Tetapi, bila mengibaratkannya dengan pabrik, maka lembaga pendidikan harus menjadi the pabric of a new meaning (pabrik yang selalu memproduksi nilai-nilai baru). (Giroux, 2000; Price, 2001)
Lembaga pendidikan hendaklah mencari 'nilai tambah' kepada produk SDM yang dikelolanya, baik dalam sikap, wawasan, kecerdasan, ketrampilan, maupun keahlian. Namun, dalam praktiknya, tujuan ini akan mengalami kesulitan. Buktinya, keberadaan para penganggur 'terdidik'. Rasanya tidak ada jaminan kepada mereka hingga menjadi lebih produktif dan bernilai tambah. Yang terjadi malah sebaliknya, tidak jarang perkembangan mereka menjadi paralel dengan pertumbuhan penganggur. Artinya, pendidikan mereka yang tinggi itu tidak dengan sendirinya membuka akses ke dunia kerja. Sehingga, seringkali tingginya pendidikan mereka itu, lalu hanya berarti besarnya inefisiensi, pemborosan dan ketidak-produktivitasan dirinya.
Untuk mengatasi
permasalahan di atas, tentu harus ada konsistensi dalam perencanaan pembangunan
lintas sektor antara lembaga pendidikan dan dunia kerja. De samping, fenomena
mis-match juga harus segera diakhiri. Kalau tidak, maka titik temu antara
output lembaga pendidikan dan input yang dituntut dunia kerja, akan sulit
terwujud.
Namun, apabila lembaga pendidikan hanya menunggu dibuatkan, disahkan dan diturunkannya kebijakan-kebijakan makro seperti itu, mungkin terlalu lama. Maka, lembaga pendidikan dituntut lebih bersikap luwes dan pragmatis. Oleh Lembaga pendidikan hendaknya bertindak cepat sekaligus orientatif terhadap siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi didikannya. Lembaga pendidikan harus mampu memantau perkembangan dunia kerja atau bisa bekerja sama dengannya. Ini penting agar lembaga pendidikan mampu berperan dalam membantu peserta didik. Khuisusnya, dalam mengarahkan dan mendampingi jenis pendidikan tambahan sebagai bekal pascakelulusan anak didik nanti, termasuk manakala harus menghadapi tuntutan dunia kerja.
Selain solusi adanya kesepahaman antara dunia pendidikan dan dunia kerja tentang permasalahan output dan input yang diinginkan, solusi lainnya sebagai koreksi dan introspeksi bersama adalah bahwa sudah saatnya pendidikan Indonesia bergeser pada pilihan strategi pembangunan SDM ke arah pengembangan insan kreatif. Dengan manusia-manusia kreatif ini, diharapkan mampu menjadi penopang berkembangnya industri kreatif. Dan, tidak lain yang dibutuhkan adalah filsafat pendidikan progresif-eksistensialis. Karena, dengan basis filsafat ini, pendidikan akan lebih mampu mengakomodasi dan mengelaborasi potensi setiap individu melalui praksis pendidikan kreatif, baik berupa real experience maupun produc development.
Kedua solusi di atas dapat dijalankan kedua-duanya atau memilih salah satu saja. Semua tergantung kemampuan lembaga pendidikan masing-masing. Karena, sukses tidaknya pendidikan akan dinilai dari sejauh mana dunia pendidikan mampu melihat dan menindaklanjuti perubahan kebutuhan belajar para siswa-siswi dan mahasiswa-mahasiswinya. Wallahu a'lam bi al-shawab.
Namun, apabila lembaga pendidikan hanya menunggu dibuatkan, disahkan dan diturunkannya kebijakan-kebijakan makro seperti itu, mungkin terlalu lama. Maka, lembaga pendidikan dituntut lebih bersikap luwes dan pragmatis. Oleh Lembaga pendidikan hendaknya bertindak cepat sekaligus orientatif terhadap siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi didikannya. Lembaga pendidikan harus mampu memantau perkembangan dunia kerja atau bisa bekerja sama dengannya. Ini penting agar lembaga pendidikan mampu berperan dalam membantu peserta didik. Khuisusnya, dalam mengarahkan dan mendampingi jenis pendidikan tambahan sebagai bekal pascakelulusan anak didik nanti, termasuk manakala harus menghadapi tuntutan dunia kerja.
Selain solusi adanya kesepahaman antara dunia pendidikan dan dunia kerja tentang permasalahan output dan input yang diinginkan, solusi lainnya sebagai koreksi dan introspeksi bersama adalah bahwa sudah saatnya pendidikan Indonesia bergeser pada pilihan strategi pembangunan SDM ke arah pengembangan insan kreatif. Dengan manusia-manusia kreatif ini, diharapkan mampu menjadi penopang berkembangnya industri kreatif. Dan, tidak lain yang dibutuhkan adalah filsafat pendidikan progresif-eksistensialis. Karena, dengan basis filsafat ini, pendidikan akan lebih mampu mengakomodasi dan mengelaborasi potensi setiap individu melalui praksis pendidikan kreatif, baik berupa real experience maupun produc development.
Kedua solusi di atas dapat dijalankan kedua-duanya atau memilih salah satu saja. Semua tergantung kemampuan lembaga pendidikan masing-masing. Karena, sukses tidaknya pendidikan akan dinilai dari sejauh mana dunia pendidikan mampu melihat dan menindaklanjuti perubahan kebutuhan belajar para siswa-siswi dan mahasiswa-mahasiswinya. Wallahu a'lam bi al-shawab.
1.
Uraikan 3 struktur teks eksplanasi kompleks !
2.
Uraikan 3 kaidah teks eksplanasi kompleks !
Bacalah
dua teks eksplanasi kompleks berikut ini !
3.
Bandingkanlah dua teks tersebut disertai bukti yang mendukung !
4.
Presentasikan hasil perbandingan yang sudah kalian buat di depan kelas !
4.
Tentukanlah topik untuk menulis teks eksplanasi kompleks disertai alasan
pemilihan topik tersebut !
5.
Buatlah kerangka karangan teks eksplanasi kompleks berdasarkan topik yang
dibuat !
6.
Kembangkan kerangka karangan teks eksplanasi kompleks !
7.
Presentasikan teks eksplanasi yang telah kamu buat di depan teman satu
kelompokmu !
6. Pedoman
Penilaian
Soal
nomor 1
Deskriptor
|
Skor
|
Menguraikan
3 struktur teks eksplanasi kompleks, (pernyataan umum, deretan penjelas,
interpretasi)
|
4
|
Menguraikan
2 struktur teks eksplanasi kompleks
|
3
|
Menguraikan
1 struktur teks eksplanasi kompleks
|
2
|
Soal
nomor 2
Deskriptor
|
Skor
|
Menguraikan
3 kaidah penulisan (penggunaan tanda baca, penulisan huruf kapital, penulisan
kata baku) dan 3 kaidah bahasa (kohesi konjungsi, kalimat definisi, kalimat
penjelas) teks eksplanasi kompleks
|
4
|
Menguraikan
2 kaidah penulisan dan 2 kaidah bahasa teks eksplanasi kompleks
|
3
|
Menguraikan
1 kaidah penulisan dan 1kaidah bahasa teks eksplanasi kompleks
|
2
|
Soal
nomor 3
Deskriptor
|
Skor
|
Membandingkan
berdasarkan struktur dan kaidah bahasa dengan alasan yang logis
|
4
|
Membandingkan
berdasarkan struktur dan kaidah bahasa dengan alasan yang kurang logis
|
3
|
Membandingkan
berdasarkan tidak berdasarkan struktur dan kaidah, dengan alasan yang tidak
logis
|
2
|
Soal
nomor 4 dan 8
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Bobot
|
4
|
3
|
2
|
Keterangan
|
1.
|
Penguasaan
Materi
|
40
|
|
|
|
|
2.
|
Penyajian
|
30
|
|
|
|
|
3.
|
Komunikasi
Verbal
|
30
|
|
|
|
|
Rubrik Penilaian
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Deskriptor
|
Skor
|
1.
|
Penguasaan Materi
|
a.
Dapat
menjelaskan dengan lancar, menyampaikan konsep-konsep secara jelas, mampu
berargumen disertai alasan yang logis, mampu mempertahankan argumen
b.
Dapat
menjelaskan dengan lancar, menyampaikan konsep-konsep secara jelas, mampu
berargumen disertai alasan yang logis, tidak dapat mempertahankan argumen
c.
Dapat
menjelaskan dengan lancar, menyampaikan konsep-konsep secara jelas, tidak
dapat berargumen dengan alasan yang logis, tidak dapat mempertahankan argumen
|
4
3
2
|
2.
|
Penyajian
|
a. Menyajikan
secara runtut sesuai dengan struktur teks, menyajikan secara sistematis
berdasarkan pola berpikir induktif atau deduktif
b. Menyajikan
secara runtut sesuai dengan struktur teks, tidak menyajikan secara sistematis
berdasarkan pola induktif atau deduktif
c. Menyajikan
secara tidak runtut, menyajikan secara tidak sistematis
|
4
3
2
|
3.
|
Komunikasi verbal
|
a. Menggunakan
pilihan bahasa baku, intonasi variatif sesuai dengan kata atau kalimat yang
perlu ditekankan, tempo tidak terlalu cepat
b. Menggunakan
pilihan bahasa baku, intonasi variatif sesuai dengan kata atau kalimat yang
perlu ditekankan, tempo terlalu cepat atau terlalu lambat
c. Menggunakan
pilihan bahasa baku, intonasi kurang variatif, tempo terlalu cepat
|
4
3
2
|
Soal
nomor 5
Deskriptor
|
Skor
|
Topik
aktual disertai alasan yang logis
|
4
|
Topik
aktual dengan penjelasan yang kurang logis
|
3
|
Topik
tidak aktual dengan penjelasan yang logis
|
2
|
Soal
nomor 6
Deskriptor
|
Skor
|
Kerangka
karangan relevan dengan topik, logis
|
4
|
Kerangka
karangan kurang relevan dengan topik, logis
|
3
|
Kerangka
karangan kurang relevan dengan topik, tidak logis
|
2
|
Soal
nomor 7
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Bobot
|
4
|
3
|
2
|
Keterangan
|
1.
|
Ketepatan
Isi
|
40
|
|
|
|
|
2.
|
Organisasi
tulisan
|
30
|
|
|
|
|
3.
|
Penggunaan
bahasa
|
30
|
|
|
|
|
Rubrik
Penilaian
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Deskriptor
|
Skor
|
1.
|
Ketepatan Isi
|
d.
Isi
sesuai dengan materi yang dibelajarkan, topik yang disajikan relevan dengan
tema, menggunakan informasi pendukung yang relevan
e.
Isi
sesuai dengan materi yang dibelajarkan, topik yang disajikan relevan dengan
tema , informasi yang digunakan kurang mendukung topik yang diangkat
f.
Isi
sesuai dengan materi yang dibelajarkan, topik yang disajikan kurang relevan
dengan topik, informasi yang digunakan kurang mendukung topik yang diangkat
|
4
3
2
|
2.
|
Organisasi tulisan
|
d. Tugas
disusun secara rapi, ditulis atau diketik dengan keterbacaan tulisan tinggi,
mengikuti alur berpikir logis
e. Tugas
disusun secara rapi, ditulis atau diketik dengan keterbacaan tulisan sedang,
mengikuti alur berpikir logis
f. Tugas
disusun kurang rapi, ditulis atau diketik dengan keterbacaan tulisan rendah,
belum mengikuri alur berpikir logis
|
4
3
2
|
3.
|
Penggunaan kaidah bahasa
|
d. Penyusunan
paragraf kohesif dan koheren, menggunakan pilihan kata baku, menggunakan
tanda baca secara tepat
e. Penyusunan
paragraf kohesif dan koheren, menggunakan pilihan kata baku, belum
menggunakan tanda baca secara tepat
f. Penyusunan
paragraf kohesif dan koheren, belum menggunakan pilihan kata baku, belum
menggunakan tanda baca secara tepat
|
4
3
2
|
No comments:
Post a Comment